Hari Imlek 2018 Ini Buktikan Bahwa Indonesia Tetap Bersatu

on Jumat, 16 Februari 2018 - Tidak ada komentar:

Zonamania - Sepanjang tahun 2017, Indonesia dihadapi dengan sejumlah rangkaian isu yang ingin memecahbelah persatuan di negeri ini. Mulai dari isu agama, suku, hingga etnis yang bertujuan memecahbelah.




Seruan untuk tetap bersatu juga ikut berkumandang seiring isu - isu yang muncul di negeri ini. Bahkan aksi - aksi yang dianggap untuk mengadu domba pun kian memanaskan situasi. Aksi yang terbaru adalah penyerangan terhadap sebuah gereja di kota Yogyakarta untuk mengadu domba agama. Namun hebatnya masyarakat Indonesia tetap bersatu, bahkan setelah aksi penyerangan tersebut masyarakat yang berbeda agama pun tampak hadir di dalam gereja untuk membantu membersihkan dan menata gereja kembali.

Pada hari Imlek 2569 yang jatuh tepat di hari ini, PERHIMPUNAN Indonesia Tionghoa (Inti) juga mengajak agar Tahun Baru Imlek 2569 dijadikan momentum memperbarui diri serta meneguhkan komitmem kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Ajakan itu disampaikan Pengurus Pusat Perhimpunan Inti sebagai wujud kecintaan kepada Tanah Air Indonesia. Dalam ajakan itu, mereka mengingatkan bahwa Imlek atau Tahun Baru China ialah saat yang tepat untuk menguatkan kesetiaan kepada NKRI. Pun pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai panduan hidup bangsa yang beragam.

"Kami juga mengajak warga untuk merayakan Imlek secara sederhana, hikmat, dan menggunakannya sebagai momen kontemplasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa," ucap Ketua Umum PP Perhimpunan Inti Teddy Sugianto dalam peryataan tertulisnya, kemarin.

Imlek, imbuh dia, juga menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian kepada sesama. Menurutnya, masih banyak sesama anak bangsa tertinggal dan memerlukan bantuan. "Inilah saatnya kita lebih peduli kepada mereka."

(Baca kabar lengkap terkini disini : LINK)

Ucapan Dari Mantan Ketua MK


Dalam akun twitternya, Mahfud MD menyatakan bahwa Imlek bukan upacara agama.

Momen itu merupakan hitungan tahun China yang sudah 2569 tahun, jauh lebih tua dari penanggalan Hijriyah Islam yang baru 1439 tahun atau tahun Masehi yang baru 2018 tahun.

"Jadi ini harus kita hormati sebagai salah satu petanda peradaban manusia yang sudah tua," tulis dia dalam @mohmahfudmd.

"Sama dengan mengucapkan Selamat Tahun Baru 2018, Insyaallah tidak ada larangan dalam Islam untuk sekadar mengucapkan Gong Xi Fat Cai, selamat tahun baru 2569. Mari bangun kedamaian," tulis Mahfud.

(CERITA DEWASA TERPOPULER => KLIK DISINI)

Sejarah Imlek Di Indonesia


Baru pada tahun 2000, di bawah pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur warga keturunan Tionghoa bebas merayakan Imlek. Sebelumnya, selama 31 tahun, tahun baru China dirayakan secara diam-diam, di ruangan tertutup, tanpa hingar bingar. 

Peneliti Budaya China dari Universitas Indonesia, Agni Malagina mengatakan, sejarah mencatat, perayaan Imlek di Tanah Air semarak dan dilakukan di luar ruangan, bahkan sejak Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Kemeriahan tersebut terekam dalam surat kabar yang beredar pada masa kolonial.

"Sejak era Belanda, sekitar tahun 1901, surat kabar Melayu Tionghoa yang terbit seperti Perniagaan, Warna-Warni, menggambarkan kota-kota besar merayakan Imlek," kata dia saat berbincang.

Seiring perkembangan politik di Indonesia, dari kolonial ke republik, gegap gempita perayaan Imlek yang tercatat dalam surat kabar pun menurun intensitasnya. Tapi, bukan lantaran diskriminasi. Namun terkait orientasi yang variatif dari masyarakat Tionghoa di Nusantara kala itu

"Ada tiga kategorinya. Mereka berorientasi kebaratan-baratan, orientasi ke China Daratan yaitu Tiongkok, dan orientasi ke Republik atau Nusantara. Ini yang mempengaruhi kegiatan Imlek saat itu," jelas Agni Malagina.

Pindah ke zaman Orde Baru, ada peraturan yang melarang perayaan Imlek berlangsung di tempat umum. Regulasi itu tertuang dalam Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.

Larangan ini tak lepas dari sengkarut politik di Tanah Air, setelah peristiwa G30S. Orde Baru khawatir, keturunan Tionghoa akan menyebarkan paham komunis di Indonesia. Pada masa Sukarno, Indonesia berkawan karib dengan Beijing, sementara pada masa Orde Baru hubungan itu diputus.

Pada tahun 1966, Ketua Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa, Kristoforus Sindhunata alias Ong Tjong Hay memilih istilah China dari pada Tionghoa. Sindhunata juga mengusulkan pelarangan total terhadap perayaan kebudayaan Tionghoa.

Namun, Soeharto kala itu menilai usulan Sindhunata itu berlebihan. Penguasa Orde Baru itu tetap mengizinkan perayaan kebudayaan Tionghoa, namun secara tertutup.

"Sebenarnya tidak 100% tidak boleh. Perayaan tetap boleh tapi tidak boleh hingar bingar di publik. Perayaan Imlek dilakukan secara privat, di rumah bersama keluarga maupun di kelenteng," ujar Agni.


Peran Penting Gus Dur Dan Megawati Buat Hari Raya Imlek


Setelah Soeharto lengser pada 1998, era reformasi bergulir. Pucuk pimpinan negeri berpindah kepada BJ Habibie. Selama 17 bulan memimpin Indonesia, Bapak Teknologi Indonesia itu menyerahkan kursi presiden kepada Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Di tangan cucu pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari ini, sejumlah perubahan dilakukan. Salah satu momen penting adalah dengan mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 dan diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 pada 17 Januari 2000.

Keputusan tersebut banyak menuai penolakan dari sejumlah pihak. Alasan penolakan itu karena sejumlah pihak khawatir, komunisme kembali hidup di Indonesia.
====================================================================================

DATUK99.NET
SATU SATUNYA SITUS YANG DILENGKAPI DENGAN DETECTOR ANTI BOT
TUNGGU APALAGI SEGERA DAFTAR DI DATUK99.NET
KENYAMANAN DAN KEMANAN USER ID ANDA KAMI JAMIN 100%

====================================================================================

Namun, bagi mantan Ketua Umum PBNU itu, Imlek dan tradisi barongsai merupakan bagian dari kebudayaan Nusantara.

Jika dikelola dengan baik dan benar, hal itu justru dapat menjadi sarana menyebarkan nilai-nilai kebaikan, seperti yang dilakukan oleh para Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia, melalui wayang.

Bagi Gus Dur, seperti diceritakan sang putri Yenny Wahid, yang dikutip dari gusdur.net, etnis Tionghoa dan juga budaya mereka, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Melalui etnis Tionghoa, Islam bisa tersebar ke Nusantara bersama pedagang India. Terbukti dengan adanya keturunan Tionghoa yang masuk dalam jajaran Wali Songo, penyebar Islam di Nusantara.

Kemudian pada 19 Januari 2001, Menteri Agama mengeluarkan Keputusan Nomor 13 Tahun 2001 tentang Penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional Fakultatif.

Dan pada Februari 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri mengumumkan bahwa mulai 2003, Imlek menjadi Hari Libur Nasional. Mega mengembalikan aturan yang pernah diterapkan sang ayah, Sukarno.

Toto About Toto

Write admin description here..

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 komentar:

© 2013 ZONA MANIA